Pada postingan sebelumnya tentang pengaruh kalor terhadap suhu zat dijelaskan
bahwa jika kalor diberikan pada suatu zat pada tekanan konstan (tetap), maka suhu
zat akan naik atau sebaliknya jika kalor dilepaskan oleh zat maka suhunya akan
turun. Namun, pada kondisi tertentu suatu zat dapat menyerap atau melepaskan kalor
dalam jumlah yang besar tanpa mengalami perubahan suhu (suhunya tetap). Hal ini
disebabkan karena terjadi perubahan fasa.
Perubahan fasa merupakan suatu kondisi fisis zat
itu berubah dari suatu bentuk ke bentuk lain. Jenis perubahan fasa yaitu (1)
Pembekuan, yaitu perubahan fasa dari cairan menjadi padatan. Contoh: pembekuan
air menjadi es. (2) Penguapan yaitu perubahan fasa dari cairan menjadi gas.
Contoh: penguapan air menjadi uap. (3) Sublimasi yaitu perubahan fasa dari
padatan menjadi gas. Contoh: penguapan bola-bola kamper menjadi gas. (4)
Pencairan yaitu perubahan fasa dari padat menjadi cairan. Contoh: pencairan es
menjadi air. (5) Pengembunan, yaitu perubahan fasa dari gas menjadi cairan.
Contoh: uap air menjadi air pada peristiwa pengembunan di pagi hari.
Embun di pagi hari merupakan contoh perubahan fasa |
Kita letakkan air dalam sebuah bejana hampa yang
ditutup agar volumenya tetap konstan. Pada awalnya, sebagian air akan menguap,
dan molekul uap air akan mengisi ruang yang semula kosong dalam tabung.
Sebagian molekul uap air akan menumbuk permukaan cairan dan kembali mengembun
menjadi cairan air. Mula-mula laju penguapan akan lebih besar daripada laju
pengembunan, dan kerapatan molekul uap air akan naik. Tetapi dengan
bertambahnya sampai nilainya sama dengan laju penguapan dan terjadi kesetimbangan
bertambahnya jumlah molekul uap air maka laju kondensasinya bertambah sampai nilainya
sama dengan laju penguapan dan terjadi kesetimbangan. Tekanan uap air pada
kesetimbangan adalah tekanan uap air pada suhu itu. Jika kita memanaskan tabung
sampai suhu lebih tinggi maka akan lebih banyak cairan yang menguap dan
kesetimbangan baru akan terbentuk pada tekanan uap yang lebih tinggi.
Contoh lain, jika sejumlah kalor ditambahkan
terus menerus pada sebongkah es, maka suhu es akan naik. Saat mencapai titik
lelehnya, maka es mencair dan selama proses ini suhu es tetap. Pada suhu 0° C dan
tekanan 1 atmosfer disebut titik beku air yaitu titik tempat terjadi
kesetimbangan fase cair dan padat. Setelah seluruh es mencair menjadi air, maka
suhu air akan naik. Saat mencapai titik didih air akan menguap, dan selama
proses ini suhu air tetap sehingga seluruh air berubah menjadi uap. Kondisi
pada suhu 100° C dan tekanan 1 atmosfer disebut titik didih air yaitu titik
tempat terjadi kesetimbangan fase cair dan uap.
Diagram fase untuk air ditunjukkan pada gamber
di bawah ini.
Grafik perubahan fasa |
Diagram fase untuk air yang ditunjukkan pada di
atas merupakan grafik tekanan sebagai fungsi suhu pada volume konstan. Bagian
diagram dari titik O dan C menunjukkan tekanan uap terhadap suhu. Jika kita melanjutkan
pemanasan maka kerapatan cairan akan berkurang dan kerapatan uap bertambah. Di
titik C pada diagram tersebut nilai kedua kerapatan ini sama. Titik C ini disebut
titik kritis atau disebut juga suhu kritis. Jika sekarang zat didinginkan maka
sebagian dari uap mulai mengembun menjadi cairan (kurve OC) sampai titik O. Di titik
ini cairan mulai membeku. Titik O disebut titik tripel. Jadi, titik tripel
suatu zat adalah suatu titik di mana fasa uap, cair dan padat berada
bersama-sama dalam keadaan kesetimbangan.
Tiap zat mempunyai titik tripel yang
berbeda-beda dengan suhu dan tekanan spesifik. Sebagai contoh, suhu titik
tripel air adalah 273,16 K = 0,16°C dan tekanan titik tripel air tersebut adalah
4,58 mmHg.
0 Response to "Perubahan Fasa Zat (Titik Tripel)"
Posting Komentar
Terima kasih sudah membaca blog ini, silahkan tinggalkan komentar dengan sopan dan tidak mengandung unsur SARA atau pornografi serta tidak ada link aktif. Mohon maaf kalau komentarnya dibalas agak lambat. Kolom komentar ini kami moderasi, jadi kalau ada komentar yang tidak sesuai dengan ketentuan tidak akan dipublikasikan.