Fenomena
gelombang sering Anda jumpai dalam kehidupan sehari-hari, seperti gelombang
permukaan air, gelombang tali, ataupun gelombang bunyi. Gelombang-gelombang tersebut
memerlukan medium. Pada gelombang tali dan gelombang permukaan air, gangguan
itu berupa bentuk yang menjalar dalam medium. Adapun pada gelombang bunyi,
gangguannya adalah berupa perbedaan tekanan udara sehingga dalam ruang hampa
udara kita tidak dapat berkomunikasi lewat bunyi. Ketika
itu sangat sulit untuk membayangkan perambatan gelombang tanpa melalui medium.
Semua gelombang yang telah dikenal ketika itu menunjukkan bahwa perambatannya
melalui medium.
Apabila
kita telaah gelombang bunyi berbeda dengan gelombang cahaya. Gelombang cahaya
dapat merambat dalam ruang hampa udara, buktinya adalah bahwa sinar matahari
yang dapat sampai ke bumi. Fenomena tersebut mendorong para pakar fisika abad
ke-19 untuk menghipotesis keberadaan eter sebagai medium lain. Karena harus ada
dalam ruang hampa dan juga dalam bahan tembus cahaya. Jelaslah bahwa eter tidak
mungkin seperti materi biasa, yang memiliki kerapatan dan komposisi kimia. Karena
tidak mungkin materi yang semacam ini berada dalam ruang hampa. Eter haruslah
memenuhi seluruh ruang, bahkan sampai bintang yang terjauh sekalipun. Karena
cahaya ada di mana-mana, termasuk di tempat yang terjauh.
Lalu,
bagaimanakah cara kita untuk mengamati gerak eter tersebut? Caranya adalah
dengan menjalarkan gelombang dalam medium (eter). Sebagai ilustrasi awal,
perhatikan suatu aliran air di sungai seperti tampak pada gambar berikut.
Misalkan
kita menjalarkan sebuah pulsa gelombang lurus di A sejajar tepi sungai. Lalu,
kita mengukur waktu yangdiperlukan untuk sampai ke B yang berjarak l dari A. Kemudian, waktu yang terukur
itu kita bandingkan dengan yang diperlukan oleh gelombang untuk menjalar dari B
ke A. Apabila aliran air berkelajuan v
sementara pulsa gelombang berkelajuan u
maka waktu yang diperlukan gelombang untuk menjalar dari A ke B dan kemudian kembali
lagi ke A adalah
Anda
pun dapat menuliskan lagi menjadi
Lalu,
kita mengirimkan pulsa gelombang ke arah tegak lurus aliran air, seperti gambar
berikut.
Apabila
pulsa kita kirimkan langsung ke C, pulsa ini tidak akan sampai karena akan
terhanyut ke hilir. Oleh karena itu, pulsa harus kita kirimkan sedikit ke hulu.
Laju relatif pulsa terhadap tanah haruslah sebesar
Setelah
tiba di C pulsa akan dipantulkan dan akan sampai di A lagi. Waktu yang
diperlukan pulsa dalam penjalaran bolak-balik ini adalah
selisih
antara waktu tA-B-A dan
tA-C-A
adalah
Untuk
kasus gerak bumi dalam eter, persamaan di atas dapat disederhanakan lebih
lanjut. Dalam hal ini, laju aliran sungai di atas merupakan analogi laju eter
sedangkan pulsa gelombang menyebar analogi gelombang cahaya. Laju bumi v dalam orbitnya mengelilingi Matahari
jauh lebih kecil daripada laju pulsa gelombang cahaya. Dengan demikian, dapat
digunakan pendekatan sebagai berikut.
(Bagaimana
rumus pendekatan itu diperoleh? kita akan bahas pada postingan selanjutnya), maka
persamaan di atas menjadi
karena
v sangat kecil maka
Jadi
persamaan di atas menjadi
Pada
1887, Michelson dan Morley melakukan percobaan untuk mengukur (tA-B-A
- tA-C-A) pulsa gelombang cahaya. Mereka membanding
waktu yang diperlukan cahaya untuk merambat bolak-balik sepanjang arah gerak
eter terhadap bumi dengan waktu yang diperlukan bolak-balik tegak lurus arah
ini. Jadi beda waktu yang diharapkan dpat diamati apabila memang eter ada
adalah 3,7 x 10-16 s. Bagaimana hasil itu di dapat? Kita akan bahas
pada postingan berikutnya.
Selisih
waktu ini sangat pendek, bagaimanakah cara mengukurnya? Michelson telah
menghabiskan waktunya selama 50 tahun untuk membuat alat yang memiliki ketelitian
yang sebanding dengan kecilnya selisih waktu tersebut. Alat yang dipergunakan
dikenal sebagai interferometer Michelson.
Hasil
percobaan Michelson bahwa laju cahaya bersifat isotropik, artinya tidak
bergantung pada arah pengamatan. Pengukuran laju cahaya, yang dilakukan dalam
arah manapun, tetap akan memberikan hasil yang sama. Dengan kenyataan itu, laju
cahaya dikatakan merupakan besaran mutlak. Karena pengukurannya tidak
bergantung pada kerangka zacuan yang dipilih. Pernyataan ini telah dijadikan Einstein
sebagai postulat pertama prinsip relativitas khusus.
Konsekuensi
lain dari fakta tersebut adalah apabila memang ada maka eter haruslah dalam
keadaan diam dalam kerangka acuan bumi. Akan tetapi, kerangka acuan serupa ini
tidak ada keistimewaannya.Karena tidak akan mempengaruhi pengukuran-pengukuran
yang kita lakukan. Dengan demikian, konsep eter itu tidak perlu ada dan para
pakar fisika sekarang yakin bahwa eter itu memang benar tidak ada. Perlu juga
catatan tambahan, bahwa fenomena elektromagnetik (cahaya) tidak bersesuaian
dengan prinsip relativitas Galileo. Apabila kita paksakan transformasi Galileo
berlaku di sini maka pengukuran kelajuan cahaya dalam kerangka acuan S dan S*
haruslah memenuhi persamaan
c’
= c - v
dengan c adalah laju cahaya menurut kerangka
acuan S. Sementara c’ adalah laju cahaya menurut kerangka acuan S*. Akan
tetapi, hasil dari percobaan Michelson-Morley menunjukkan bahwa ternyata c’ =
c. Jelas bahwa transformasi kecepatan Galileo tersebut tidak berlaku dalam fenomena
elektromagnet.
0 Response to "Percobaan Michelson-Morley Menguji Keberadaan Eter"
Posting Komentar
Terima kasih sudah membaca blog ini, silahkan tinggalkan komentar dengan sopan dan tidak mengandung unsur SARA atau pornografi serta tidak ada link aktif. Mohon maaf kalau komentarnya dibalas agak lambat. Kolom komentar ini kami moderasi, jadi kalau ada komentar yang tidak sesuai dengan ketentuan tidak akan dipublikasikan.