Pada
postingan sebelumnya sudah membahas mengenai tentang transformator (trafo).
Dimana trafo tersebut berfungsi sebagai alat untuk menurunkan atau menaikan tegangan
listrik. Lalu dimana sistem trafo ini diterapkan dalam kehidupan sehari-hari? Belajar
suatu teori tidak akan berguna jika teori tersebut tidak diterapkan atau
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Sebelum membahas mengenai Trafo dan
aplikasinya. Berikut Mafia Online paparkan sebuah pengalaman yang menarik.
Begini ceritanya:
Pada
suatu hari saya ingin jalan-jalan bersama teman ke sebuah sebuah tempat yang
namanya Bendungan Tukad Yeh Unda. Jaraknya yang cukup jauh dari rumah sehingga
saya memutuskan menggunkan sepeda motor untuk menuju tempat tersebut. Lalu saya
ambil sepeda motor langsung tancap starter, dan sialnya motor saya tidak mau “hidup”.
Berapa kalipun saya starter tetap saja tidak mau hidup juga. Lalu saya putuskan
menggunkan starter kaki (starter kick), ternyata tidak mau juga. Lalu saya
suruh teman saya untuk mencoba menyalakan mesin motor saya ternyata juga tidak
bisa.
Di
dalam keputusasaan saya coba telpon kakak saya, lalu saya tanyakan kenapa
motor saya tiba-tiba tidak bisa hidup. Lalu kakak saya pun menjelaskan bahwa
kemungkinan busi motornya kotor, sehingga perlu dibersihkan. Lalu saya suruh
teman saya untuk melakukan apa yang suruh oleh kakak saya. Dalam keadaan sibuknya
teman saya membersihkan busi motor, saya coba iseng-iseng menstarter dengan
menggunakan starter kick. Lalu apa yang terjadi?
Teman
saya tiba-tiba berteriak “wadaooow” dan terpental. Ternyata teman saya kena
setrum katanya. Saya pun jadi bingung dan bertanya-tanya di dalam hati, kok
bisa ya kena setrum, darimana sumber listrik tersebut. Padahal aki yang saya
gunakan memiliki tegangan 12 volt tidak mungkin tegangan 12 volt bisa membuat
orang sampai berteriak dan sampai terpental lagi.
Begitu
penasarannya saya langsung mengambil HP dan menghubungi Mbah Google. Setelah searching di mesinnya Mbah Google saya
menemukan beberapa artikel tentang dari mana sumber tegangan yang tinggi pada
sepeda motor. Berdasarkan artikel yang saya baca sumber tegangan yang tinggi
pada sepeda motor bersumber dari aki yang ada pada sepeda motor. Lho kok bisa?
Nah
di sinilah konsep transformator diterapkan dalam pengapian sepeda motor
sehingga menghasilkan tegangan yang sangat tinggi. Jenis transformator yang
digunakan adalah transformator jenis step up. Di mana trafo step
up berfungsi untuk menaikan tegangan. Maka dari itu busi pada sepeda motor
bisa menghasilkan tegangan yang sangat tinggi. Dalam artikel tersebut dijelaskan
bahwa busi (spark plug) mampu mengeluarkan
arus listrik tegangan tinggi menjadi loncatan bunga api melalui elektrodanya.
Loncatan bunga api terjadi disebabkan adanya perbedaan tegangan diantara kedua kutup
elektroda busi (± 10.000 volt). Fungsi dari busi tersebut adalah untuk membuat
pengapian dengan tengangan yang tinggi. Jadi agar motor dapat berjalan dengan
baik maka perlu pengapian dengan tegangan tinggi. Bagaimana caranya bisa
menghasilkan tegangan yang sangat tinggi (± 10 kV)?
Pengapian
adalah cara untuk memantik/ignition yaitu menciptakan percikan api untuk
memulai proses pembakaran di dalam silinder yang telah berisi gas dari bahan
bakar yang telah tercampur dengan oksigen. Pembakaran yang cepat tesebut
menimbulkan ledakan yang menggerakkan piston naik dan turun, demikian
seterusnya berulang ulang.
Untuk
menghasilkan percikan, listrik harus melompat melewati celah udara yang
terdapat di antara dua elektroda pada busi. Karena udara merupakan isolator
(penghantar listrik yang jelek), tegangan yang sangat tinggi dibutuhkan untuk
mengatasi tahanan dari celah udara tersebut, juga untuk mengatasi sistem itu
sendiri dan seluruh komponen sistem pengapian lainnya. Koil pengapian mengubah
sumber tegangan rendah dari aki atau koil sumber (12 V) menjadi sumber tegangan
tinggi (10 KV atau lebih) yang
diperlukan untuk menghasilkan loncatan bunga api yang kuat pada celah busi
dalam sistem pengapian. Jadi koil pengapian ini berfungsi sebagai transformator step up.
Tanpa busi sepeda motor tidak akan bisa jalan. Sumber gambar: Mas Alimuktar |
Pada
koil pengapian, kumparan primer dan sekunder digulung pada inti besi.
Kumparan-kumparan ini akan menaikkan tegangan yang diterima dari baterai
menjadi tegangan yang sangat tinggi melalui induksi elektromagnetik. Inti besi
(core) dikelilingi kumparan yang terbuat dari baja silicon tipis.
Dalam
kumparan pengapian terdapat kumparan primer dan kumparan sekunder yang
dililitkan pada tumpukan-tumpukan plat besi tipis. Diameter kawat pada kumparan
primer 0,6 – 0,9 mm, dengan jumlah lilitan 200–400 kali, sedangkan diameter
kawat pada kumparan sekunder 0,05–0,08
mm dengan jumlah lilitan sebanyak 2000–15.000
kali. Karena perbedaan jumlah gulungan
pada kumparan primer dan sekunder tersebut,
dengan cara mengalirkan arus listrik secara terputus-putus pada kumparan primer (sehingga
pada kumparan primer timbul/hilang
kemagnetan secara tiba-tiba), maka kumparan sekunder akan terinduksi sehingga timbul
induksi tegangan tinggi sebesar ± 10.000
volt.
Nah
itu merupakan salah satu contoh penerapan konsep transformator dalam kehidupan
sehari-hari. Hati-hati jika anda mencoba untuk memperbaiki sepeda motor anda
sendiri, jika salah bisa-bisa anda kena setrum tegangan tinggi (10 kV) yang
cukup membuat anda pingsan.
Contoh Soal dan Pembahasan Tentang Trafo.
Sebuah
perusahaan jika ingin membuat trafo dengan tegangan masuk sebesar 12 Volt (tegangan
aki) supaya menghasilkan tegangan sebesar 10 kV, jika lilitan primernya 400
lilitan. Berapa minimal lilitan sekundernya jika kita anggap trafo tersebut ideal dan berapa minimal lilitan sekundernya jika kita anggap trafo tersebut memiliki efisiensi 85%?
Jawab:
Diketahui:
Np = 400
= 4,0 x 102
Vp = 12
V
Is =
1,5 A
Vs = 10
kV = 1,0 x 104 V
Ditanya:
Ns jika
trafo ideal = ... ?
Ns (jika
η = 85%) = ..?
Penyelesaian:
Untuk
transformator (trafo) yang ideal akan berlaku persamaan:
Np/Ns =
Vp/Vs
4,0 x 102/Ns=
12 V/1,0 x 104 V
Ns = 4
x 102 x 1,0 x 104 V/12 V
Ns = 4
x 106 /12
Ns = 3,3
x 105
Jadi,
jika kita anggap trafo tersebut ideal maka minimal diperlukan lilitan sekunder
sebanyak 3,3 x 105 lilitan
Sedangkan
untuk trafo dengan efisiensi 85% akan berlaku persamaan:
η = ((Np
x Vs)/(Ns x Vp))x 100%
85% =((
4,0 x 102 x 1,0 x 104 V) /(Ns x 12 V)) x
100%
85 = 4,0
x 108 /12 Ns
Ns = 4,0
x 108/1,02 x 103
Ns = 3,9
x 105
Jadi,
jika kita anggap trafo tersebut memiliki efisiensi 85% maka minimal diperlukan lilitan
sekunder sebanyak 3,9 x 105 lilitan.
Ada efeknya gak..
BalasHapusJika accu 12v 20ah kita naikan menjadi 48v yg dialirkan ke sebuah controller ebike 48v 25A yg digunakan untuk menggerakan dinamo..?